Salah satu bagian dari peradaban yang paling tua dalam sejarah kehidupan manusia adalah gosip dan rumor. Apa sih bedanya gosip dan rumor? Sebenernya beti aja, alias beda-beda tipis jadi gak perlu dipertentangkan atawa dicarikan definisinya apalagi diseminarkan, menghabiskan waktu saja.
Kalo begitu, kenapa kita bahas dong? Sudah pasti dibahas karena banyak peminatnya. Coba lihat saja acara TV, dari hot shot, kiss, cek & recek dan lainnya, artinya subjek ini seksi untuk dibicarakan.
Karena gosip dan rumor ada dimana-mana, tentunya di tempat kerja sudah pasti ada gosip, apalagi bila didukung oleh komunitas gosip makan pagi, komunitas gosip kedai kopi “Morning Bakery” dan komunitas gosip lintas sektoral…wah pasti ramai nian bak pasar malem. Mari kita simak macam-macam gosip yang hot dan mengundang banyak peminat walau sering membawa kebingungan.
Rumor tentang Wawancara ke Perusahaan Lain
Hey, tau gak. Setelah aku perhatikan, setiap si Fulan cuti, si Fulana juga cuti lho dan cutinya cuman satu hari lagi, dan ini untuk yang ketiga kali lho, ngapain lagi kalo bukan wawancara kerja, biasanya juga khan begitu? Begitu obrolan dimulai, pasti nyambung dengan peserta yang sudah gatal urun rembuk. Apa itu artinya mereka wawancara di perusahaan yg sama ya? Bisa jadi, soalnya aku denger mereka sudah ngirim lamaran ke beberapa perusahaan.
Dan gosip pun mulai berkembang dangan analisa, kira-kira perusahaan mana tempat wawancara dengan berbagai pertimbangan termasuk lowongan yang ada di perusahaan tersebut. Kemudian ada juga yang memprediksi siapa pengganti orang tersebut setelah resign dan seperti apa organisasi bila si pegawai benar-benar keluar. Terkadang gosip sudah berkembang kemana-mana dan sampailah ke telinga HRD manager.
Bila si pegawai berkelakukan baik, berprestasi serta punya kapabilitas di area tempat bekerja, tentunya HRD akan mulai terpengaruh dan akan mencoba klarifikasi ke atasan yg bersangkutan maupun ke pegawai itu sendiri. Bila Anda orangnya, Anda bisa memainkan kartu seperti bermain black jack dan menunggu saat yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan tentunya dengan berbagai pertimbangan.
Pertanyaan standar yang akan dilontarkan oleh atasan atau HRD adalah, apakah benar gosip yang beredar? Yang perlu Anda lakukan adalah berpura-pura bodoh dan menanyakan dari mana asal rumor itu? Kemudian tanya balik atasan Anda mengapa wawancara ke perusahaan lain begitu penting sehingga mereka memanggil Anda? Kalau bos Anda terjebak dengan permainan ini dan mulai buka kartu dengan mengatakan Anda bagus di bidang ini, hebat di bidang itu, jago disana serta cekatan disini, mulailah mainkan kartu black jack.
Jawaban bisa dimulai dengan kata-kata standard dan palsu seperti, sebenarnya perusahaan ini sudah memberi lebih pada saya. Kemudian lanjutkan dengan, management juga mendukung hasil kerja saya dan bla..bla..blaa serta diakhiri dengan, namun sebagai manusia biasa yang selalu ingin melakukan perbaikan menurut saya tidak ada salahnya untuk mencoba sesuatu yang baru. Terutama dari sisi karir serta memperluas wawasan dan tentunya dengan imbalan yang memadai. Bila Anda benar-benar pegawai yang extraordinary atau bisa meyakinkan seolah-olah Anda extraordinary, percakapan akan bermuara kepada janji-janji surga baik dari atasan maupun dari HRD.
Closing yang baik dalam pemasaran adalah memberikan irresistible offering alias penawaran yang tidak bisa ditolak dan harus diambil sekarang juga tanpa menunda! Begitu pula yang harus Anda lalukan pada saat atasan Anda menjanjikan sesuatu.
Bisa dimulai dari kalimat basi yang lainnya tetapi masih cukup ampuh seperti, saya sangat berterima kasih dan menghargai penawaran tersebut, adalah kewajiban saya untuk tetap bekerja secara professional dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini selama saya bekerja disini. Namun demikian, keinginan untuk berkembang tetap membara di dada sehingga menurut hemat saya, sebaiknya kita sama-sama lakukan yang terbaik yang bisa kita capai. Bapak/Ibu silakan melakukan yang terbaik untuk mewujudkan jani-janji tersebut sementara saya melakukan yang terbaik dalam upaya mengejar karir saya di sini atau di tempat lain. Semoga yang lebih cepat terwujud bisa memberikan yang terbaik untuk semua. Bisa jadi dalam waktu kurang dari tiga bulan Anda sudah dipromosikan dan mendapat kenaikan gaji.
Rumor tentang perusahaan lain selalu untung
Ada WA masuk, informasi dari tetangga sebelah bilang perusahaan mereka akan segera membagikan bonus pada semua pegawai sebesar tiga kali gaji. WA lainnya meng-update kalau perusahaan sejenis menaikkan gaji diatas angka inflasi ditambah hasil penilaian tahunan dan berkisar antara 10%-20%. Bertambah banyak WA lainnya masuk ke HP menginformasikan kalau perusahaan tempat mereka bekerja memperoleh keuntungan dan memberikan tambahan penghasilan ke seluruh lapisan pegawai.
Kalau sudah begini siapa yang paling pusing? Kok pusing sih, bukannya seneng kalo temennya dapet rejeki? Tentunya senang temen dapet rejeki, namun apa daya kok cuman kecipratan cerita, bukan rejekinya.
Yang pening pastilah HRD Manager dan jajarannya karena para pegawai akan menanyakan apakah mereka akan mendapatkan berita yang sama bagusnya dari management? Apalagi bila si HRD sudah tahu kalau laporan keuangan menunjukkan angka minus alias tak untung. Dilema sebagai HRD adalah selalu ada yang tidak puas dengan keputusannya dan levelnya lebih kepada berapa banyak yang tidak puas dibandingkan dengan yang puas.
Kembali ke masalah perusahaan lain selalu untung, tapi kita kok tidak untung? Apa salah kita? Untung atau tidak sebenarnya hanya tergantung dari secarik laporan yang dilakukan accounting. Tentunya sudah jadi rahasia umum kalau banyak perusahaan melakukan pembukuan ganda untuk menghindari atau mengurangi pajak.
Kalau logika pajak kita pakai untuk masalah untung atau tidak, tentunya tidak ada kesulitan bagi perusahaan untuk menyatakan untung 10%, 20% atau rugi 5% khan? Toh terbukti selama krisi keuangan di Amerika tahun 2008 banyak perusahaan menyatakan keuntungan yang luar biasa sehingga banyak investor percaya dan menanamkan duitnya yang akhirnya hilang tanpa bekas karena keuntungan hanya ada di pembukuan, bukan di aktual uang yang dimiliki.
Sebaliknya, ada perusahaan yang hanya melaporkan sedikit keuntungan atau bahkan melaporkan kerugian namun selalu ada investasi baru berupa mesin baru, peremajaan mesin, perbaikan instalasi dan sebagainya. Tapi tidak ada jatah bagi pegawai untuk kenaikan gaji, tidak ada jatah untuk bonus serta tidak ada jatah untuk rekreasi. Lebih jauh lagi, laporan kerugian perusahaan bisa dijadikan alat memotivasi (apakah benar memotivasi atau tidak sayapun tak tahu) untuk melakukan cost saving di semua lini perusahaan seperti: mengurangi kelebihan pemakaian material, mencari alternative material atau alat untuk produksi yang lebih murah, memangkas prosess yang tidak perlu dan lain sebagainya dengan harapan perusahaan membukukan keuntungan dan semua pegawai dapat menikmati bonus dan fasilitas yang lebih baik.
Keuntungan dan kerugian sebenarnya hanya ilusi yang dilaporkan pada secarik kertas dengan judul laporan rugi-laba. Dalam realitasnya, hanya segelintir orang yang benar-benar mengetahui apakah benar perusahaan itu untung atau merugi. Siapa menyangka bank investasi sebesar dan setenar Lehman Brothers yang berdiri sejak 1824 dengan pengalaman ratusan tahun dan nomer dua di Amerika sana bisa runtuh di tahun 2008 setelah melaporkan banyak keuntungan?
Atau Enron, perusahaan energy terkemuka di Amerika yang mempekerjakan 22,000 orang bisa bangkrut di akhir 2001 walau sebelumnya melaporkan keuntungan luar biasa dengan memanipulasi laporan akuntansi dan hebatnya juga bisa mengelabui auditor, entah apakah auditor benar-benar dikelabui atau ada deal-deal khusus.
Tidak perlu terlalu terlena dengan laporan keuntungan dan jangan langsung putus asa dan pesimis bila melihat laporan kerugian di perusahaan tempat kita bekerja. Cukup perlu dicermati dan dikritisi serta waspada melihat perkembangan yang terjadi. Karena dibalik semua itu terletak pesan bahwa kita harus selalu waspada dan mempersiapkan alternanif terbaik untuk masa depan kita.
Rumors tentang Perusahaan Diakuisisi atau Dijual
Salah satu rumor yang paling meresahkan adalah perusahaan tempat Anda bekerja akan dijual. Ngaku saja. Apakah Anda sekarang sebagai top management, middle management ataupun pegawai, hal ini akan memberikan dampak yang berbeda tentunya.
Kalau posisi Anda top managemen tentunya khawatir investor atau perusahaan baru akan mengganti posisi Anda dan menggantikan dengan jagoan mereka ataupun menduga-duga kemana arah kebijakan dari pemilik baru.
Sementara di level menengah menduga-duga seperti apa kebijakan perusahaan baru dalam hal kesejahteraaan serta cara mengelola perusahaan yang bisa jadi sangat jauh berbeda dengan keadaan sekarang.
Di bagian paling bawah, resah apakah mendapatkan pesangon karena perubahan nama perusahaan dan bila ya berapa, bila tidak apa yang harus dilakukan, diskusi ini bisa menghabiskan berjam-jam di warung kopi setiap harinya.
Yang bikin tambah deg-deg-an adalah seperti apa kelanjutan perusahaan yang katanya setelah dijual akan menjadi perusahaan yang lebih sehat, menguntungkan dan memberikan keamanan kerja, lha dari mana taunya wong belum ada buktinya. Hanya berupa janji dengan sejuta “bukti” masa lampau perusahaan yang akan membeli. Coba Anda ingat lagi setiap akan menginvestasikan uang Anda di perusahaan reksadana, akan ada desclaimer alias lepas tanggung jawab bahwa: performance masa lalu tidak menjamin performance di masa yang akan datang.
Bila perusahaan tempat Anda bekerja sekarang adalah perusahaan berbendera Amerika, tentunya Anda sudah hafal dengan sistem kerja yang lebih mementingkan hasil, jam kerja yang cukup flexible, pendekatan terhadap pegawai dengan teori Y (pada prinsipnya orang itu baik).
Kalau diambil alih oleh perusahaan Eropa, mungkin ada sedikit perubahan tetapi tidak menjadikan Anda terkena culture shock. Yang cilaka 13 (kenapa sih 13 dibilang cilaka?) kalau dari perusahaan Amerika menjadi perusahaan Asia atau lebih spesifik lagi berbendera China. Secara budaya, Amerika dan China sudah jauh berbeda dan kedua negara inipun kurang akur dalam perdagangan Internasioanl.
Bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lainnya, tapi sudut pandang, filosofi, ritme kerja, target yang diterapkan serta bagaimana menghandle orang, sangat jauh berbeda. China sangat terkenal dengan budaya efisiensinya sehingga bisa menghasilkan produk yang sama dengan harga jauh lebih murah, bahkan pengusaha Indonesia heran karena biaya bahan baku untuk produk serupa sama dengan harga jual produk tersebut di pasaran bila dibuat China, entah kalau bicara kualitasnya.
Bahkan ada lelucon kalau Anda pesan garment di Indonesia, produk akan diterima 2 minggu kemudian di Amerika, tetapi China akan melakukannya dalam 10 hari. Pada saat kita melakukan efisiensi dan bisa menyamakan kecepatan mereka menjadi 10 hari, China bisa melakukannya dalam 1 minggu padahal waktu pengiriman saja sudah 1 minggu.
Bagaimana mereka melakukannya? Ternyata mereka memasukkan semua perlengkapan garmen beserta pekerjanya ke dalam kapal yang berlayar ke Amerika sambil menjahit dan saat kapal tiba di Amerika garment sudah bisa diambil dari kapal. Kalau Anda orang yang kurang adaptif, Anda pasti terkena culture shock, dijamin!
Kembali ke rumor akuisi, tentunya semua faham tidak ada asap kalau tidak ada api, namun yang namanya rumor tak ada apipun bisa dibuat asap, seperti pertunjukan di TV mengiringi penari latar dan penyanyinya. Selalu ada saja yang melihat apakah ada pihak bank melakukan audit, hal ini menunjukkan seberapa besar asset perusahaan dan apakah cukup liquid serta masih ada harga bukunya serta bisa dijaminkan? Lalu kenapa auditnya cukup sering ya?
Ada pula yang memperhatikan CEO maupun top management belakangan ini sering mengajak tamu untuk berkeliling area produksi sambil membanggakan kebersihan, kerapihan, mesin yang berproduksi dengan kapasitas penuh sambil menjelaskan keuntungan komparatif perusahaan ini dibanding competitor.
Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan lainnya dan membawa orang yang berbeda pula,..hm..ada yang mencurigakan kata penggosip. Tidak berhenti di situ saja, tim kasak-kusuk investigasi disebarkan untuk mencermati laporan keuangan yang menunjukkan nilai positif selama 8 quarter berturut-turut, walaupun perlu dipertanyakan apa benar seperti itu.
Tentu tidak lupa juga melakukan counter check ke Departement Perindustrian serta mengumpulkan rumor di Departement Tenaga Kerja apakah ada informasi permohonan penggantian status perusahaan dan sebagainya. Ketika rumor ini makin menjadi dan sudah mulai terdengar oleh pihak management, mulailah perang urat syaraf dilakukan.
Pada prinsipnya pihak penjual ingin mendapatkan keuntungan sebesar mungkin dari dagangannya dan ingin memastikan pembeli yang sangat prospektif akan tertarik dan tidak menjauh sebelum deal terlaksana. Untuk itu harus dipastikan rumor negatif yang mengarah ke penggagalan akuisis berhenti. Dibuatlah program yang sangat populis seperti memberikan hadiah per kuartal bagi segelintir orang, penghargaan yang tinggi bagi yang berprestasi disertai surat yang ditandatangani oleh top management, skema pembagian bonus yang sangat transparan walaupun masih cukup buram bagi sebagian pekerja dan kenikmatan sementara yang memabukkan. Ternyata bukan hanya narkoba dan minuman keras yang memabukkan. Secara perlahan rumor dipermukaan mulai terkendali namun siapa yang tau apa yang terjadi di benak setiap orang?
Akhirnya datang juga! Apa itu? Pengumuman bahwa sudah ada peminat serius yang menawar perusahaan Anda dan perusahaan ini punya reputasi bagus. Ternyata rumor itu benar, bahwa perusahaan akan dijual! Bagi Anda yang sudah mati-matian membantah kebenaran rumor tersebut bersiaplah untuk meminta maaf atas kehilafan tersebut dan berbesar hati mengakui kesalahan. Mencoba mengingkarinya akan menambah kesumpekan dan menurunkan kredibilitas Anda dimata orang lain. Bisa jadi memang Anda sama sekali tidak tahu atau memang dikondisikan untuk membantah dengan data minimum sehingga Anda yakin tidak ada yang namanya pengambil-alihan, akuisisi atau apapun nama lainnya.
Hal terpenting sekarang adalah apakah Anda dan teman sejawat Anda akan cukup aman dalam biduk yang sama dengan nakhoda berbeda di samudra yang maha luas. Tentunya persiapan Anda selama ini seperti belajar berenang, outbond di hutan dan laut agar tetap survive serta penguasaan sekoci dan membaca bintang akan sangat membantu menenangkan hati (walau belum tentu selamat) dikala badai mendera dan menghantam biduk yang berubah nama dari Patung Liberty menjadi lapangan Tian Anmen.
Itulah industri yang sudah mengglobal. Sesuatu yang kita percaya tidak akan terjadi tenyata bisa terjadi begitu cepatnya dan terkadang pekerja hanyalah sebatas angka-angka di atas kertas yang dapat dipindah dari tabel asset menjadi tabel liabilities dan harus diambil langkah-langkah efisiensi untuk menyelamatkan perusahaan.
The moral behind the story-nya adalah: selama Anda menjadi pekerja yang dibayar, jika mendengar rumor tentang perusahaan akan diambil alih, buka mata dan telinga. Dengarkan, simak dan timbang informasi tersebut secara obyektif sembari mempersiapkan teleskop Anda. Apakah ada kapal lain yang sedang berlayar di sekitar kapal Anda? Bisa jadi itu adalah penolong Anda. Atau mungkin di kapal yang sama ada kabin kosong untuk kelasi yang menunggu untuk dipromosi. Keberuntungan itu akan datang kepada orang yang paling siap menerimanya.
Rumor Efisiensi Perusahaan
Saya selalu heran kenapa selau terlambat mendengarkan rumor padahal menurut sebagian orang saya cukup dekat dengan sumber informasi. Terkadang memang kedekatan dengan orang tertentu menimbulkan persepsi terhadap orang tersebut. Memang benar kata Rasulullah bila kita berteman dengan pandai besi maka kita akan terkena imbas hitam jelaga dari tungku pemanas besi, sementara bila berteman dengan penjual parfum setidaknya kita terpercik bau harum wewangian. Kembali pada rumor, si penghembus berita kini punya gosip baru yaitu efisiensi, kata favorit pemilik modal alias investor.
Ketika management suatu perusahaan mengumumkan tentang efisiensi dan tidak melanjutkan dengan informasi konkrit tentang apa isi efisiensi tersebut, tidak perlu menunggu lama, berita yang tersebar akan menjadi liar dan tidak terkendali.
Di mata penggosip dan penyebar rumor, informasi sepotong-sepotong ini bukan hanya sekedar asap tipis namun sudah menjadi bara api yang bisa dibakar menjadi lebih besar hingga asapnya memenuhi semua ruang kosong .
Asap apa yang kemudian dihembuskan? Tentunya dari sudut pandang yang akan menarik perhatian sebagian besar pegawai seperti: pengurangan tenaga kerja, pengurangan lembur dan segala pengurangan kenikmatan sebagai pekerja yang diterima saat ini.
Dimana-mana orang tidak mau kehilangan kenikmatan walau terkadang hal tersebut baik untuk mereka. Lihat saja orang kecanduan merokok, saking nikmatnya, ancaman bahaya kanker paru-paru bukan sesuatu yang serius dimata mereka. Apa lagi kenikmatan berupa fasilitas dari perusahaan, dan tidak ada efek buruknya bila dinikmati.
Sejurus kemudian mulailah kasak kusuk diikuti oleh berbagai macam aktifitas seperti perbincangan berikut ini:
A : Mas kalo gak bisa OT (Over Time) gimana kita bisa bayar cicilian motor?
B : Mbak, jangankan cicilan motor, lha anak saya baru mau masuk SD butuh biaya pendaftaran piye iki?
A : Kira-kira berapa lama ya keadaan seperti ini?
B : (dengan gaya sangat PD) keliatannya ini karena krisis global mbak, gak ada yg bisa prediksi. Amerika lagi kena krisis, diikuti Eropa sementara kita kan tergantung pada negara tersebut, siap-siap untuk yang terburuk mbak.
A : lha yang terburuk itu apa mas?
B : ya di PHK mbak, kita gak punya kerjaan lagi (mode sedih ..ON)
A : Wah kalo itu gak buruk mas, kita khan dapet pesangon bisa buat modal usaha, saya malah seneng kalo di PHK..wah semoga cepet ya, pasti jadi sesuatu saya hitung dulu duit pesangon saya ya mas…sambil berlalu
B : ?*&%$!@#? Lieur
Memang aneh di Indonesia ini, pada saat pemerintah meminta perusahaan untuk tidak memPHK karyawan, sebagian karyawan malah berharap diPHK karena akan mendapatkan pesangon yang menurut mereka cukup untuk memulai hidup baru.
Dan yang lebih buruk lagi, para pegawai saling mendiskusikan seberapa besar pesangon yang akan mereka terima di jam kerja mereka sehingga produktivitas perusahaan terganggu. Hal yang bikin mumet pengusaha, darimana dapetnya duit untuk bayar pesangon bila perusahaan kekurangan likuiditas sementara di mata pegawai, perusahaan cukup kaya untuk membayar semua hak mereka. Ini baru namanya kesenjangan harapan.
Setelah rumor tersebar ke mana-mana, barulah management sadar kalau penjelasan tentang efisiensi saja masih kurang dan harus diperjelas dengan langkah-langkah konkrit dan sistematis. Ternyata apa yang digosipkan dan dipikirkan para pegawai bukanlah prioritas perusahaan, dan efisiensi lebih menitik-beratkan pada penghematan listrik, air, gas, serta material produksi.
Kemudian dilanjutkan dengan simplifikasi prosess, standarisasi penggunaaan material, memensiunkan mesin yang sudah tua dan boros energi, mendekati pelanggan untuk menggunakan alternative material yang lebih murah dan sebagainya. Belum ada langkah-langkah untuk melakukan PHK!
Jelas sudah, dengan sedikit penjelasan yang konkret dan kemampuan berkomunikasi secara efektif ke semua level organisasi, kita bisa menghindari interpretasi liar dari sebuah pernyataan tentang efisiensi yang mempunyai dimensi yang sangat luas. Dan menurut hemat saya, segala bentuk efisiensi harus selalu menjadi tolok ukur keberhasilan perusahaan karena bukan hanya menghemat biaya tapi juga lebih ramah terhadap lingkungan bila benar-benar dikelola dengan baik. Tidak perlu alergi terhadap efisiensi.
Rumor tentang Resizing, Rightsizing atau PHK
Terkadang kondisi perusahaan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Atau mungkin bagi sebagian orang malah sering tidak sesuai harapan. Setelah rumor tentang efisiensi yang disalah-artikan akhirnya datang juga rumor tentang resizing. Istilah ini kalau di Amerika sih sudah jamak dan luas dimengerti tentunya dengan segala konsekwensinya. Dengan mengusung kata resizing perusahaan di Indonesia juga ingin melakukan pendekatan seperti di Amerika. Lha ini siapa yang tulalit ya? Kerjanya di Indonesia kok pakai pendekatan Amerika.
Pada saat rumor in beredar tentunya perusahaan mati-matian bersikukuh mengatakan tidak ada rencana seperti yang di hembuskan oleh pihak-pihak yang memancing di air keruh. Entah siapa yang memancing dan dimana air keruhnya, sebenarnya bantahan ini dimaksudkan untuk mengurangi gejolak yang bisa saja muncul sebelum program ini diluncurkan.
Dan akhirnya datang juga! Siapa yang datang? Ya tentunya pembawa berita resmi bahwa sebagai bentuk lanjutan efisiensi perusahaan yang sedang dan akan berlanjut yang mana..bla..bla..bla..dengan menyesal akan diambil langkah-langkah efisiensi berupa resizing. Dan mulailah perdebatan seru tentang kata resizing.
Untuk sebagian orang- karena merujuk pada kondisi perusahaan di luar negeri, kata resizing, downsizing atau rightsizing, berhubungan dengan efisiensi yaitu melakukan pengurangan tenaga kerja agar perusahaan tidak terbebani dengan overhead cost. Masalahnya adalah, kata ini tidak dikenal dalam peraturan ketenagakerjaan di Indonesia sehingga –meminjam istilah di Indonesia Lawyers Club- tidak cukup payung hukum untuk melaksanakannya. Indonesia hanya mengenal kata pemutusan hubungan kerja alias PHK sehingga jika langkah ini dilakukan, harus terlebih dulu menunjukkan langkah-langkah pencegahan terjadinya PHK!
Lain orang meributkan kata resizing dengan PHK, lain orang juga meributkan hal berbeda. Dimulailah rumor bahwa, nama-nama yang akan di PHK sudah dikantongi, sementara yang lain sudah mulai sibuk dengan kalkulator untuk menghitung pesangon. Di tempat yang lain sudah ada yang menghembuskan isu bahwa orang yang akan diPHK belum ditentukan dan semua orang boleh mendaftar, namun harus dilakukan secara bergerilya alias menghubungi orang-orang yang dianggap mampu dan mau mengusahakan untuk meloloskan namanya untuk di PHK. Sekali lagi inilah kehebatan kita, orang ternyata tidak takut di PHK!
Setelah bergumul dengan rumor, isu dan informasi terbatas serta komentar miring maupun mendukung rencana PHK, dimulailah tahapan eksekusi. Nama sudah terketik rapi di kertas perjanjian, baik itu nama yang diperoleh melalui penunjukan langsung dari atasan dan disupport oleh bukti mengapa orang tersebut dipilih, maupun nama yang melalui jalur negosiasi agar masuk dalam daftar penerima paket PHK. Namun gosip masih terus berlanjut tentang siapa yand ditunjuk dan siapa yang tidak sampai pengumuman terbuka disampaikan oleh masing-masing manager kepada bawahannya yang terkena PHK.
Respon berbeda diberikan oleh orang berbeda baik itu namanya tercantum di daftar maupun yang tidak. Ada yang marah, ada yang sedih, ada yang bahagia, sementara the show must go on. Bagaimanapun, kita semestinya selalu waspada dan mawas diri, bahwa kemungkinan PHK akan selalu ada bila kita bekerja di perusahaan swasta bahkan bila Anda pegawai terbaikpun. Karena bagaimanapun, perusahaan akan berusaha untuk mengurangi kerugian dengan cara yang mereka anggap masih memungkinkan dan pegawai hanyalah angka statistik untuk memudahkan pengambilan keputusan. Biasakan diri Anda untuk selalu melihat tanda-tanda disekitar Anda agar tidak terjebak dalam keindahan semu yang Anda ciptakan sendiri.
Sebagai penutup, biasakan diri kita untuk melatih kelenturan otot dan otak untuk selalu menjadi orang yang fleksibel terhadap perubahan karena perubahan itu akan datang, baik diundang maupun tidak. Kurangi bergosip, namun jangan juga menafikan informasi yang beredar diseputar kita.
Apapun informasi yang Anda peroleh selalu lakukan klarifikasi pada pihak yang berwenang dan tanyakan diri Anda sendiri apakah informasi ini layak untuk disebarkan dengan mempertimbangkan azas manfaat.
Jika tidak ada manfaatnya simpan saja dari pada memperkeruh suasana dan menjadi fitnah. Jadilah orang bijak dalam mengelola informasi.
0tanggapan atas "Rumor dan Gosip yang beredar di seputar Karyawan Perusahaan"